Tasikmalaya, dmtNews – Kisah tiga pendaki asal Tasikmalaya yang hilang kontak di Gunung Balease, Sulawesi Selatan, menjadi perhatian besar. Hingga Minggu (24/11/2024), belum ada kabar pasti tentang keberadaan mereka. Pendakian ini, yang diberi nama “Jarambah QC Ewako Koroue’24,” bukan sekadar petualangan biasa. Ketiganya dikenal sebagai pendaki senior dari komunitas Jarambah QC Tasikmalaya.
Ketiga pendaki ini adalah sosok berpengalaman dengan latar belakang unik:
- Tantan Trianasaputra (56 tahun)
Dikenal dengan nama rimba Avem, Tantan adalah anggota senior dari angkatan Hujan Bayu (1984). Meskipun lahir di Tasikmalaya, ia kini menetap di Sleman, Yogyakarta. Dengan jam terbang tinggi di dunia pecinta alam, ia dianggap sebagai mentor bagi banyak pendaki muda. - Maman Permana (49 tahun)
Nama rimbanya, Leneng, berasal dari angkatan Barak Tua (1994). Warga Mangkubumi, Tasikmalaya, ini telah menjelajahi berbagai gunung di Indonesia, menjadikannya salah satu tokoh yang dihormati di komunitasnya. - Yudiana (46 tahun)
Dengan nama rimba Mindo, ia adalah anggota angkatan Karang Merang (2004). Meski termuda di tim ini, Yudiana tetap menunjukkan dedikasi luar biasa dalam setiap ekspedisi.
Ekspedisi yang dimulai 6 November ini bertujuan menaklukkan tiga puncak di Pegunungan Koroue:
- Gunung Toelangi (3.016 mdpl)
- Gunung Balease (2.894 mdpl)
- Gunung Kabentonu (2.886 mdpl)
Rencana perjalanan telah disusun detail, termasuk antisipasi terhadap tantangan seperti serangan lebah. Sebuah video bahkan sempat dikirim oleh tim, menunjukkan mereka dikerubungi lebah namun tetap tenang beristirahat.
Namun, jadwal mereka meleset. Pada 18 November, mereka dijadwalkan tiba di basecamp Ulusalu, tetapi hingga kini pendaki asal Tasikmalaya itu masih hilang kontak.
Tim penyelamat telah dikerahkan untuk melacak keberadaan ketiga pendaki ini. Informasi dari dokumen Rencana Operasi Perjalanan (ROP) menjadi panduan penting dalam pencarian.
“Kami sangat berharap mereka segera ditemukan dalam kondisi selamat,” ungkap salah satu kerabat.
