Tradisi Lebaran Perpaduan Spiritualitas dan Budaya

ketupat lebaran
Tradisi Lebaran Ketupat: Perpaduan Spiritualitas dan Budaya Indonesia

News.darmediatama.com – Tujuh hingga delapan hari setelah perayaan Idul Fitri, sebagian besar umat Islam di Indonesia merayakan tradisi yang dikenal sebagai lebaran ketupat. Perayaan ini tidak hanya memperkaya keanekaragaman budaya tetapi juga mendalam artinya, khususnya dalam konteks tradisi dan spiritualitas di Indonesia.

Ketupat, yang merupakan elemen sentral dalam perayaan ini, adalah beras yang dikukus di dalam anyaman daun kelapa muda atau janur. Uniknya, anyaman janur ini tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus tapi juga sebagai simbol persatuan dan kebersamaan. Setiap anyaman yang saling mengunci mewakili kekuatan ikatan komunal di antara masyarakat.

Agus Sunyoto, seorang sejarawan, mengungkapkan bahwa lebaran ketupat adalah warisan kultural Indonesia yang mengakar kuat dalam sejarah lokal. Dia merujuk pada hadits yang menerangkan bahwa berpuasa selama Ramadhan diikuti dengan enam hari puasa di bulan Syawal akan memberikan pahala seperti berpuasa sepanjang tahun. Dalam konteks Indonesia, ini bertransformasi menjadi tradisi lebaran kupat atau kupatan, yang menandai penutupan rangkaian puasa dengan perayaan yang menggambarkan kesempurnaan spiritual.

Tradisi ketupat masih sangat hidup dan dirayakan dengan berbagai cara di seluruh Indonesia. Di Ubud, Bali, misalnya, masyarakat keraton masih menjunjung tinggi tradisi ini. Ketupat juga telah berkembang menjadi berbagai varian di berbagai daerah, seperti kupat tahu di Sunda, kupat glabet di Tegal, ketupat sayur dari Padang, hingga laksa dari Cibinong, menunjukkan diversitas kuliner yang menggabungkan ketupat sebagai elemen pusat.

Selain itu, ketupat juga memiliki makna filosofis mendalam. Bentuk geometris ketupat yang simetris melambangkan keseimbangan dan keteraturan dalam kehidupan, serta kebersihan spiritual yang diwujudkan dalam warna putih beras ketika dibelah. Filosofi ini diperkuat dengan penyajian ketupat bersama opor ayam dan sambal goreng, di mana santan yang digunakan dalam opor melambangkan kesucian dan permohonan maaf, mencerminkan nilai-nilai rekonsiliasi dan pemurnian diri setelah periode panjang perenungan selama Ramadhan.

Dengan demikian, lebaran ketupat tidak hanya sekedar perayaan namun juga refleksi mendalam akan nilai-nilai kesederhanaan, kesabaran, dan kerendahan hati yang dianjurkan dalam Islam.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *