Imam Jemaah Mesjid Aolia Klarifikasi Soal Penentuan Lebaran 5 April: “Kontak Batin dengan Allah SWT”

Imam Jemaah Aolia Klarifikasi Soal Penentuan Lebaran 5 April: "Kontak Batin dengan Allah SWT"

DMTNews – Klarifikasi dari Imam Jemaah Masjid Aolia, KH Ibnu Hajar Sholeh Pranolo atau yang akrab disapa Mbah Benu, terkait pernyataan kontroversial mengenai “menelepon Gusti Allah SWT” dalam menentukan Hari Raya Idul Fitri, telah menjadi sorotan di media sosial.

Jemaah Masjid Aolia di Gunungkidul, yang melakukan Salat Idul Fitri 1445 Hijriah pada Jumat (5/4), lima hari lebih awal dari mayoritas umat Islam, telah menimbulkan berbagai diskusi. Mbah Benu menjelaskan bahwa pernyataannya tentang “menelepon Gusti Allah SWT” hanyalah sebuah istilah yang menggambarkan perjalanan spiritualnya dalam kontak batin dengan Allah SWT.

“Dalam klarifikasi yang disampaikannya, Mbah Benu menyatakan bahwa istilah tersebut hanya representasi dari perjalanan spiritualnya yang dalam kontak batin dengan Allah SWT,” ungkapnya.

Mbah Benu juga menyampaikan permohonan maaf apabila pernyataannya menyinggung perasaan siapapun. “Apabila pernyataan saya yang menyinggung atau membuat tidak berkenan, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak,” katanya dengan tegas.

Imam Jemaah Aolia Klarifikasi Soal Penentuan Lebaran 5 April: "Kontak Batin dengan Allah SWT"

Selain klarifikasi, dalam kesempatan tersebut, Mbah Benu juga menekankan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam beragama. Ia menyampaikan pesan kepada jemaah agar senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan, serta berpesan agar saling menghormati dan tidak saling membenci.

“Saya berpesan kepada para jemaah untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan, serta saling menghormati dan tidak saling membenci. Sikap saling bermusuhan hanya akan merusak bangsa Indonesia,” tandasnya.

Menurut Mbah Benu, keputusan untuk melaksanakan Salat Idul Fitri lebih awal didasarkan pada keyakinan dan perjalanan spiritual jemaahnya. Hal ini tidak menjadi hal baru bagi jemaah Masjid Aolia, yang seringkali berbeda pendapat dengan pemerintah maupun organisasi Islam lainnya dalam menentukan hari besar keagamaan.

Dalam tanggapannya, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Gunungkidul, Sya’ban Nuroni, menyatakan bahwa pihaknya akan melakukan pendekatan kepada jemaah. “Kita melakukan pendekatan kepada yang bersangkutan dan kepada tokoh-tokoh agama agar pengamalan keyakinan ini tidak menimbulkan permasalahan di tengah masyarakat,” jelasnya.

Sya’ban juga menambahkan bahwa edukasi akan dilakukan kepada jemaah agar memahami organisasi keagamaan pada umumnya maupun pemerintah, sehingga perbedaan pendapat dalam menentukan hari besar keagamaan dapat diantisipasi dengan lebih baik.

Tinggalkan Balasan